Sirrul Asror //“Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar”atau“rahasia dalam rahasia-rahasia yang Kebenarannya sangat diperlukan”


15.DARWIS (SUFI).
Ada satu golongan yang dikenal sebagai sufi. Empat tafsiran diberikan kepada istilah sufi. Ada yang melihatnya pada keadaan zahir mereka memakai baju bulu yang kasar. Bulu dalam bahasa Arab ialah suf. Dari perkataan ini mereka dipanggil sufi. Yang lain melihat kepada kehidupan mereka yang bebas dari kekacauan dunia ini serta kedamaian dan ketenteraman mereka, keadaan yang sesuai dengan bahasa Arab safa. Dari perkataan safa itu timbul istilah sufi. Yang lain pula memandang lebih mendalam, kepada hati mereka yang suci murni dan bebas dari apa saja kecuali Zat Allah. Dalam bahasa Arab safi berarti kesucian hati dan dari perkataan itu dikatakan timbul istilah sufi. Yang lain memanggil mereka sufi karena mereka dekat dengan Allah dan akan berdiri dibarisan pertama dihadapan Allah pada hari kiamat. Safi dalam bahasa Arab bermakna barisan.
Terdapat empat alam, empat dunia. Pertama ialah alam atau dunia jirim - tanah, air, api dan angin merupakan jirim dalam alam ini. Kedua ialah alam makhluk rohani - malaikat, jin, mimpi dan kematian, ganjaran Allah - syurga dan keadilan Allah - tujuh neraka. Ketiga ialah alam huruf, nama-nama indah bagi sifat-sifat Allah, dan Loh Tersembunyi (Loh Mahfuz) yang menjadi sumber kepada perintah-perintah Allah. Keempat ialah alam Zat Allah Yang Maha Suci, alam yang tidak dapat digambarkan atau diuraikan karena pada alam ini atau tahap ini tidak ada perkataan, nama-nama, sifat-sifat atau persamaan. Tiada siapa kecuali Allah yang mengetahuinya.
Terdapat pula empat jenis ilmu. Pertama ilmu tentang peraturan-peraturan Allah, dan berhubungan dengan aspek lahir kehidupan dunia ini. Kedua ialah ilmu kerohanian, pengetahuan batin tentang sebab dan akibat. Ketiga ialah ilmu tentang jiwa, roh, mengenal diri dan melaluinya pengetahuan tentang ketuhanan diperoleh. Akhirnya ilmu tentang kebenaran atau hakikat.
Roh juga ada empat jenis, roh kebendaan, roh yang arif, roh yang memerintah (roh sultan) dan roh kudus (roh suci).
Yang zahir, kenyataan bagi Pencipta, juga ada empat jenis. Pertama ialah kenyataan didalam rupa, bentuk, warna, seumpama gubahan-Nya. Kedua ialah kenyataan perbuatan dan tingkah laku dalam perkara yang berlaku. Ketiga ialah kenyataan dalam sifat-sifat, bakat-bakat, perangai-perangai sesuatu. Akhirnya kenyataan bagi zat-Nya.
Akal atau daya menimbang juga ada empat jenis: akal yang mengurus soal-soal kehidupan duniawi, akal yang menimbang dan memikirkan soal-soal akhirat, akal bagi roh yang bertugas dalam bidang makrifat dan akhirnya akal yang meliputi.
Perkara yang dibincangkan juga ada empat jenis. Empat jenis ilmu, empat jenis roh, empat jenis penzahiran (kenyataan) dan empat jenis akal. Ada orang yang berada pada tahap pertama ilmu, roh, kenyataan dan akal. Mereka adalah penghuni syurga pertama yang dipanggil syurga yang menjadi tempat kembali yang mensejahterakan, yaitu syurga keduniaan. Mereka yang berada pada tahap kedua ilmu, roh, kenyataan dan akal tergolong kedalam syurga yang lebih tinggi, taman kesukaan dan kesenangan kurnia Allah kepada makhluk-Nya, syurga didalam alam malaikat.. Sebagian manusia yang mencapai tahap ketiga ilmu, roh, kenyataan dan akal (makrifat) berada didalam syurga peringkat ketiga, syurga langit-langit, syurga nama-nama dan sifat-sifat Ilahi dalam alam keEsaan.
Namun, mereka yang mencari dan terikat dengan ganjaran Allah, walaupun syurga, tidak dapat melihat hakikat sebenarnya dalam diri mereka dan dalam benda-benda disekeliling mereka. Mereka yang arif, yang mencari hakikat, mereka yang mencapai suasana sebenar sufi, suasana keinginan menyeluruh - tidak inginkan sesuatu apa pun kecuali Allah, berhajat kepada Allah saja - meninggalkan segala-galanya dan tidak mencari apa-apa kecuali yang hak. Mereka temui apa yang mereka cari dan masuk kedalam alam yang hak, dan kedekatan dengan Allah, dan hidup semata-mata karena Zat Allah, tidak karena yang lain.
Ini sesuai dengan perintah Allah, "Carilah keselamatan dengan Allah" dan ikut nasihat Nabi s.a.w, "Kedua-duanya dunia dan akhirat terlarang bagi orang yang mencintai Allah". Nabi s.a.w tidak memaksudkan kedua-dua dunia dan akhirat dihukumkan haram. Apa yang baginda maksudkan ialah orang yang berkehendak menemui Allah menyekat keinginan hawa nafsunya, egonya, kasih sayang dan cita-citanya kepada dunia dan akhirat.
Pencari yang hak memberi alasan: Dunia ini adalah ciptaan dan kita juga ciptaan. Semua yang dicipta berhajat kepada Pencipta. Bagaimana mungkin yang berhajat meminta kepada yang berhajat juga. Apa lagi jalan bagi yang diciptakan kecuali mencari Pencipta.
Allah berfirman melalui Rasul-Nya, "Kecintaan-Ku, Wujud-Ku, adalah kecintaan mereka kepada-Ku".
Nabi s.a.w bersabda, "Keadaanku yang sangat berhajat, kemiskinanku, adalah kemegahanku". Keadaan yang sangat berhajat dan kecintaan kepada Allah menjadi asas kepada pencarian sufi. Keadaan kemiskinan yang menjadi kebanggaan Nabi s.a.w bukanlah kekurangan sesuatu berbentuk keduniaan atau kebendaan. Ia adalah pelepasan segala-galanya kecuali keinginan kepada Zat Allah. Ia adalah segala sesuatu- bukan saja yang didalam dunia ini, malah yang dijanjikan diakhirat juga - dan karena itu suasana berhajat sepenuhnya untuk dipersembahkan kepada Allah.
Inilah keadaan yang membawa seseorang kepada kekosongan atau ketiadaan diri, lenyap di dalam zat Allah. Ia adalah mengosongkan diri seseorang dari apa saja kecuali cinta Allah. Kemudian hati menjadi bernilai atau layak untuk menerima janji Allah, "Aku tidak dapat ditanggung oleh langit dan bumi tetapi layak ditanggung oleh hati hamba-hamba-Ku yang beriman".
Hamba yang beriman adalah yang melepaskan apa saja kecuali Yang Esa dari hatinya. Bila hati sudah disucikan, Allah melapangkannya dan memuatkan Diri-Nya kedalamnya. Bayazid Bustami menggambarkan keluasan hatinya dengan kata katanya, "Jika segala yang maujud di dalam dan di sekeliling arasy, keluasan semua ciptaan Allah, diletakkan dipenjuru hati manusia sempurna dia tidak akan merasakan beratnya".
Begitulah keadaan kekasih Allah. Kasihilah mereka dan sentiasalah bersama mereka karena yang mencintai akan bersama-sama yang dicintai pada hari akhirat nanti. Tanda kecintaan itu ialah mencari kehadiran bersama-sama mereka, berkehendak mendengar perkataan mereka, dan dengan pandangan serta perkataan mereka, dapat merasakan kerinduan terhadap Allah Yang Maha Tinggi.
Allah berfirman melalui Nabi-Nya, "Aku merasakan kerinduan para hamba-Ku yang beriman, yang baik-baik, hamba yang sejati, terhadap Diri-Ku dan Aku juga merindukan mereka".
Kekasih Allah kelihatan berbeda dari orang lain, perangai dan tindakan mereka juga berbeda. Pada peringkat permulaan, ketika masih baru, tindakan mereka kelihatan seimbang antara baik dengan buruk. Bila mereka maju lagi dan sampai kepada peringkat pertengahan, perbuatan mereka penuh dengan manfaat. Dalam semua hal kebaikan yang keluar melalui mereka bukan saja dalam ketaatan mereka mematuhi perintah Allah dan peraturan agama, tetapi juga dalam perbuatan yang mengandung puncak kebahagiaan dan bersinar dengan cahaya kepadaNya maksudnya bagi yang zahir.
Mereka seolah-olah dipakaikan dengan pakaian dari cahaya yang berwarna warni yang memancar dari mereka menurut makom mereka.
Apabila mereka dapat mengalahkan ego mereka dan kejahatan nafsu yang rendah berkat kalimah tauhid "La ilaha illallah" dan sampai kepada perwujudan yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil, yang benar dengan yang salah, cahaya biru langit memancar keluar dari mereka.
Bila dalam peringkat tersebut, dengan pertolongan dan ilham dari Allah, mereka berpindah sepenuhnya kedalam kebaikan dan meninggalkan kejahatan keseluruhannya, cahaya merah membungkus atau membaluti mereka.
Dengan berkata nama Allah - HU - nama itu tiada yang lain kecuali yang hak dapat menceritakannya, mereka sampai kepada peringkat dipersucikan dari segala sifat-sifat keji dan perbuatan jahat dan menemui suasana tenang dan aman, kemudian cahaya hijau keluar dari mereka.
Bila semua ego dan keinginan, bila semua kehendak diri sendiri dihapuskan oleh yang HAQ, yang sebenarnya, dan bila mereka menyerahkan kehendak mereka kepada kehendak Allah dan ridha dengan apapun yang datang daripada-Nya, warna mereka berubah menjadi cahaya putih.
Inilah gambaran orang-orang sufi dari peringkat permulaan mereka didalam perjalanan sampailah kepada peringkat pertengahan. Tetapi seseorang yang sampai kepada perbatasan peringkat ini tidak mempunyai bentuk atau warna. Dia menjadi seolah-olah sinar cahaya matahari. Cahaya matahari tidak berwarna. Sufi yang sampai kepada makom yang paling tinggi tidak mempunyai kewujudan untuk membalikkan cahaya atau warna. Jika ada, warnanya ialah hitam, yang menyerap semua warna. Inilah tanda keadaan fana
Kebanyakan orang yang melihat kepadanya, keadaan yang tiada warna ini, kelihatan gelap, menjadi tabir menutupi cahaya makrifat yang dia miliki, seperti malam menutupi sinar matahari. Allah berfirman:
"Dan Kami jadikan malam itu (sebagai) pakaian. Dan Kami jadikan siang itu tempat penghidupan". (Surah Nabaa, ayat 10 & 11).
Bagi mereka yang sampai kepada hakikat atau intipati akal dan ilmu, ada tanda dalam ayat di atas.
Mereka yang sampai kepada kebenaran (hakikat) ketika didalam dunia ini merasakan seolah-olah dipenjarakan disini dibilik penjara dibawah tanah yang gelap. Mereka menghabiskan hayat mereka didalam kesusahan dan kesengsaraan. Mereka menanggung kesusahan yang besar, tekanan-tekanan keadaan, didalam dunia yang gelap sepenuhnya. Nabi s.a.w bersabda, "Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman". Seperti yang baginda s.a.w kabarkan cobaan yang paling besar menimpa para nabi, kemudian yang dekat dengan Allah, kemudian dengan kadar menurun mengikut kadar seseorang itu  mau menghampiri Allah. Jadi, adalah sesuai bagi sufi memakai pakaian hitam dan mengikat sorban hitam dikepalanya, kerana ia adalah pakaian orang yang bersedia menempuh kesusahan dan kesakitan didalam perjalanan ini.
Didalam kenyataan, hitam adalah pakaian paling sesuai bagi mereka yang berkabung karena kehilangan kemanusiaan dan kewujudan diri mereka. Banyak manusia yang kehilangan anugerah yang berharga karena keengganan, sesuai sesuai dengan sifat manusia, bagi mereka yang sadar, bagi yang dapat melihat kebenaran, enggan itu membunuh kehidupan abadi dengan tangan mereka sendiri. Membuang kasih Ilahi pada kerinduan didalam hati mereka, memisahkan diri mereka dengan roh suci, mereka hilang kesempatan untuk kembali kepada asal mereka, kepada penyebab. Walaupun mereka tidak mengetahuinya, merekalah yang menderita bala yang paling besar. Jika mereka sadar mereka sudah kehilangan segala nikmat akhirat, kehidupan abadi, merekalah sepatutnya yang memakai pakaian hitam, pakaian berkabung. Janda dengan kematian suami berkabung selama empat bulan sepuluh hari. Ini adalah berkabung karena kehilangan sesuatu didalam dunia. Orang yang kehilangan kebaikan hidup yang abadi seharusnya berkabung secara abadi juga.
Nabi s.a.w bersabda, "Mereka yang ikhlas sentiasa berada ditepi bahaya besar". Betapa tepat gambaran ini mengenai orang yang terpaksa berjalan berjingkit-jingkit dengan penuh kewaspadaan! Tetapi inilah suasana sufi yang meninggalkan perwujudan dirinya dan berada di dalam alam fana. Kefakirannya terhadap dunia yang ditinggalkannya dan hajatnya yang penuh kepada Allah sangat besar, dan dia melepas kemanusiaan sebagai keindahan yang luar biasa.
Mereka yang memperoleh penyaksian kepada yang hak, setelah menyaksikan keindahan kebenaran itu, tidak ingin melihat yang lain lagi. Mereka tidak ingin melihat kecintaan dan kerinduan kepada apapun. Bagi mereka, Allah jualah yang dikasihi, hanya Dia yang wujud. Begitulah keadaan mereka didalam kedua alam. Itulah satu-satunya tujuan mereka. Akhirnya mereka menjadi insan, dan Allah ciptakan insan supaya mengenali-Nya, supaya mencapai Zat-Nya.
Menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk mencari dan mengenali atau mengetahui tujuan dia diciptakan dan menghayati maksud tujuan tersebut, kewajiban yang mereka tanggung didalam dunia ini dan diakhirat, supaya mereka tidak habiskan usia mereka didalam kerugian, agar mereka tidak menyesal selama-lamanya diakhirat - dibungkus, lemas didalam kerinduan yang akan mereka sadari dan akhirnya didalam penyesalan yang abadi.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)