Sejarah KABUPATEN BREBES / Dalam Versi Berbeda

Cerita Keluarga Turun Temurun 
by: MH Ibrahim

Sejarah Kabupaten Brebes di Tulis Mungkin Dalam Versi Yang Berbeda Atau Mungkin Juga Ada Kesamaannya Dengan Yang Ditulis Oleh Para Ahli Sejarah Kota Brebes.

Sejarah Yang Saya Tampilkan Disini Apa Adanya Menurut Cerita Keluarga Turun Temurun.
Apabila Pembaca Ahli Sejarah Ada Yang Sudi Memberikan Komentarnya Saya Haturkan Beribu Terima Kasih.

Nara Sumber : HM.Hadir
Cikeusal Kidul/Ketanggungan/Brebes ( 081803912808 )


R.WANGSANANGGA

Dalam cerita orang tua ,ada tiga bersaudara bernama R.Safii,R.Wangsanangga dan R.Singawinata. Ketiga orang tersebut turun dari pertapaan. R.Safii ke Karawang,R.Wangsanangga ke Cikeusal dan R.Singawinata ke Kareo yang sekarang menjadi desa Dukuh Tengah ( sebelah selatan Ketanggungan ).

Setelah bertahun tahun berpisah dengan saudara saudaranya ketiga orang bersaudara itu mengadakan pertemuan di sebuah tempat yang bernama Cikeusal. Pada pertemuan ketiga bersaudara itu diadakanlah musyawarah dan mendapat suatu kesepakatan / perjanjian yaitu Sapapait Samamanis ( sama sama pahit sama sama manis ), pahit atau manis dipikul bersama dalam satu perjuangan melawan penjajah yaitu Belanda.

R.Wangsanangga ditugaskan untuk melakukan kekacauan/pemberontakan terhadap pemerintah Belanda di daerah Brebes sampai ke daerah Kuningan. Dalam perundingan ketiga bersaudara tersebut telah disepakati bahwa yang dapat menangkap/mengalahkan R.Wangsanangga hanya oleh R.Safii atau R Singawinata.

Maka terjadilah pemberontakan yang sangat kuat sehingga pemerintahan belanda di daerah tersebut telah dibuatnya kalangkabut karena kesaktian pimpinan pemberontak yang luarbiasa tak tedas paluning pende tak tembus oleh peluru Belanda.

Pusat pimpinan pemberontak terletak di Cikeusal dan sebagai Panglima panglima nya yaitu Ki Malangjiwa dari Cikuya, Ki Sangla dari Malahayu, Raksabala dari Bumihieum ( sekarang bernama desa Kubangjati/Ketanggungan),Ki Saragula dari Lemah Abang ( Tanjung )
Karena tidak ada yang bisa memadamkan pemberontakan maka pemerintah Belanda mengadakan sayembara. Isi dari sayembara tersebut adalah ” Barang siapa yang dapat menangkap pemimpi pemberontakan yaitu R.Wangsanangga akan diberi hadiah semintanya”.

Mendengar berita sayembara dari pemerintah Belanda, R.Safii dari Karawang dan R.Singawinata dari tanah Kareo mendaptarkan diri untuk mengikuti sayembara dari pemerintah Belanda. Kedua orang tersebut bersatu melawan pemberontak dan akhirnya kepala pemberontak tersebut dapat di kalahkan.

Tiga orang bersaudara tersebut telah Memegang perjanjian ”Sapapait Samamanis”. Karena telah dapat mengalahkan R.Wangsanangga maka R.Safii dan R.Singawinata mendapat hadiah ”Sakersane” ( semaunya ) dari pemerintahan Belanda,maka dimintanya oleh R.Safii dan R.Singawinata sebidang tanah.

Pemerintah Belanda memberikan sebidang tanah yang diminta seluas 41/3 pal persegi. Penyerahan hadiah dilaksanakan bulan Nopember 1813 oleh Gubernur Raffles di daerah Ketanggungan Barat sekarang bernama Kersana.
Oleh R.Safii dan putranya (R.Singosari Sayidina Panatayuda) tanah Kersana diberikan kepada R.Singawinata dan R.Wangsanangga .

Putra R.Safii ( R.Singosari Sayidina Panatagama) menikah dengan putri dari R.Wangsanangga (R.A.Dumeling) yaitu pada tahun 1809. R.Singosari Sayidina Panatagama berganti nama menjadi Kanjeng Adipati Aria Singosari Panatayuda I dan R.Singawinata diangkat menjadi Demang di Kersana.

PATIH KARAWANG R.SAFII (R.SINGANEGARA)

Ditinjau dari segi sejarah silsilah,R.Aria Singasari Panatayuda adalah anak laki laki dari Patih Karawang R Singanagara. R.Singa Negara menikah dengan Nyai Raden Amsiah anak perempuan Bupati Karawang yang bernama R Adipati Arya Panatayuda
Kutipan tahun 1786 R.Singanagara mengganti kedudukan mertuanya sebagai Bupati Karawang.

Dalam naskah sejarah tersebut dinyatakan karena R.Arya Sastradipura anak laki laki Bupati Karawang pada waktu itu masih kecil belum mungkin diangkat sebagai pengganti ayahnya menjadi Bupati.

R.Singasari Panatayuda juga turut serta mengikuti sayembara dalam menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh R.Wangsanangga dan sebagai imbalannya menggantikan posisi Pusponegoro II (Bupati Brebes).

Bagi dirinya kedudukan ayahnya sebagai Bupati Karawang bukan merupakan kedudukan yang bisa turun temurun kepada anaknya,karena dia bukan dari jalur langsungketurunan Bupati Karawang,dirinya hanya putra menantu. Menurut tradisi penggantinya kelak adalah dari jalur keturunan langsung yaitu R.Arya Sastradipua. Jadi salah satu latar belakang kesanggupannya mengikuti sayembara tersebut tidak terlepas dari cita cita demi anak keturunannya. Hal ini kelak terungkap ternyata cita cita tersebut disampaikan pada Pemerintah Belanda tahun 1809-1836.

Singasari Sayidina Panatagama diangkat menjadi Bupati Brebes dan berganti nama menjadi ”Kanjeng Adipati Arya Singasari Panatayuda I” atau julukan singkatnya ”Kanjeng Kyai Brebes”. Nama R.Adipati Arya Singasari Panatayuda tidak bisa dipisahkan dari dari kisah legendaris ”Ki Jaka Poleng” yang hingga sekarang masih sangat terkenal di kalangan masyarakat Brebes dibanding ”dalem dalem” Kabupaten di daerah lain dipesisir pantai utara pulau jawa.

Ki Jaka Poleng

Bupati Brebes ( R.Adipati Arya Singasari Panatayuda) mempunyai seorang pakatik ( tukang mencari rumput untuk makanan kuda) bernama Ki Reja yang berasal dari Cikeusal. Ki Reja dan Nini Reja mengabdi membantu ”Kanjeng Kyai Brebes” . Ki Reja sebagai tukang pencari rumput untuk makanan kuda ”si Gambir”,sedangkan Nini Reja sebagai pembantu rumah tangga.

Pada suatu hari Ki Reja mengambil rumput disebelah barat Brebes.Waktu mengambil rumput Ki Reja menemukan selongsong ular belang. Selongsong ular belang tersebut dibawa pulang ke ”Dalem Pendopo” Kabupaten. Kanjeng Kyai melihat si Gambir sedang makan rumput sedangkan Ki Reja tidak kelihatan. Kemudian Kanjeng Kyai memanggil Kireja dan Ki Reja pun datang menghampiri kehadapan Kajeng Kyai tapi Kanjeng Kyai tidak dapat melihat wujud Ki Reja. Kanjeng Kyai bertanya pada Ki Reja,”mengapa kamu tidak kelihatan?” Ki Reja pun menjawab ” saya habis menemukan selongsong ular belang ”. Karena takut diminta oleh Kanjeng Kyai,selongsong ular tersebut lalu diremas dan di telan oleh Ki Reja. Ahirnya Ki Reja selamanya tidak kelihatan(Gaib) jasadnya hanya kedengaran suaranya saja.”Dingin Pinasih” kata Kanjeng Kyai,”Ki Reja tidak akan kelihatan lagi jasadnya”. Ki Reja lalu disediakan tempat pemandian di sumur di sebelah kanan pinggir Pendopo Kabupaten Brebes dan Ki Reja berganti nama menjadi Ki Jaka Poleng.

R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I/Bupati Brebes

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda jatuhnya Kaisar Napoleon Bonaparte telah memberikan banyak dampak didataran Eropah. Negri Belanda telah berhasil mandapatka kembali kemerdekaannya bahkan berdasarkan sebuah konvensi yang ditandatangani di London pada tahun 1804 daerah daerah jajahan Belanda diseberang lautan yang sebelumnya telah dikuasai Inggris harus di kembalikan,Pulau Jawa kembali lagi menjadi jajahan Belanda. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I masih menjadi Bupati Brebes. Jbatan ini dikemudian hari diteruskan oleh keturunannya yang menurut sejarah mengenai Kabupaten Karawang koleksi Pleyte sama sama menggunakan nama Arya Panatayuda. Naskah sejarah tersebut juga menerangkan bahwa semua Bupati terah (keturunan) Karawang dimakamkan di daerah Brebes.

R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I selain terkenal dengan nama Kanjeng Kyai Brebes juga mempunyai sebutan Mbah Dalem Sura sedangkan kedua orang keturunannya disebut Mbah Dalem Klampok dan Mbah Dalem Karanganyar. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I memerintah dari tahun 1809-1936. Pada naskah sejarah yang ada di Kabupaten Karawang tidak menerangkan kedudukan Bupati Brebes dipegang sampai keturunan ketiga dari R.Adipati Arya Singasari Panatayuda. Dari arsip koleksi Nasional di Jakarta kita jumpai keterangan bahwa pada tahun 1840 an jabatan Bupati Brebes masih dipegang oleh keturunan R.Adipati Arya Singosari Panatayuda. Arsip arsip tersebut lebih lanjut menerangkan bahwa Bupati Brebes telah mengajukan permohonan kepada Pemerintahan Belanda agar anaknya ya tertua dikemudian hari diperbolehkan menjadi penggantinya. Mengenai permohonan ini pemerintah Belanda berpendapat bahwa meskipun pada dasarnya pemerintahan Belanda tidak berkeberatan akan tetapi permohonan tersebut akan dapat dipenuhi dengan syarat kalau penggantinya itu memenuhi ketentuan ketentuan yang diperlukan dan berkelakuan baik.

Persaratan tersebut ternyata telah berhasil dipenuhi oleh anak sulung Bupati Brebes tersebut maka ia menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Bupati Brebes dengan Gelar R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda II (1836-1850). Selanjutnya kedudukan Bupati Brebes dilanjutkan oleh Putranya dan Bergelar R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda III (1850-1878). Dengan demikian kita mencatat adanya anak keturunan Karawang yang menjadi Bupati Brebes. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I dimakamkan di Suro daerah Jatibarang atau Pagerbarang. R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda II dimakamkan di Klampok (Dalem Klampok). R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda III dimakamkan di Karanganyar (Dalem Karanganyar).

Perang Margalunyu

R.Arya Singasari Panatayuda III berontak terhadap pemerintahan Belanda. Pada tahun 1878 pemerintah Belanda memerintahkan kepada Bupati Brebes yaitu R.Arya Singasari Panatayuda III untuk membuka perkebunan Tarum (bahan untuk pewarna pakaian). Kanjeng Bupati siap melaksanakan perintah Belanda dan di belinya biji biji tarum tersebut dari daerah Pemalang,Petarukan dan Pekalongan. Tempat perkebunan dipilihnya di daerah Ketanggungan tepatnya antara Cikeusal dan Cisema. Tanah perkebunan telah disiapkan dengan baik. Pabrik Tarum sudah dipersiapkan di sebelah barat desa Cikeusal.Penanaman tarum diawali dengan adanya orang yang khianat di Pendopo Kabupaten dengan jalan menyirami biji biji tarum dengan air panas maka setelah ditanam di perkebunan biji tarum tersebut tidak ada yang tumbuh,maka perkebunan tersebut sampai sekarang dinamakan Tarum Burung (Burung dalam bahasa sunda=Gila/gagal).

Dengan kegagalan membuka perkebunan tarum maka R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda III diberi hukuman oleh pemerintahan Belanda. Mendengar yang menjadi cucu dihukum oleh Belanda maka R.Arya Singasari Panatayuda I menyusun kekuatan untuk melawan Pemerintahan Belanda. Dikumpulkanlah orang orang dari daerah Ketanggungan, Tanjung, Banjarharja, Larangan dan Songgom dan dilatih untuk menjadi prajurit untuk melawan Belanda.Prajurit prajurit tersebut di beri nama ”Pasukan Sapujagat”. Pasukan Sapujagat akan menyerang Brebes dengan rute dari Cikeusal bergerak menuju Larangan,Songgom dan Rajegwesi. Didaerah Rajegwesi terjadi pertempuran habis habisan,dijalan penuh dengan tumpahan darah hingga jalam menjadi licin,maka perang tersebut diberi nama ”Perang Marga Lunyu”. Dalam pertempuran tersebut R.Arya Singasari Panatayuda I gugur dan dimakamkan di Suro Jatibarang. Pasukan kembali ke Cikeusal dipimpin oleh R.Wangsanangga dan R.Singawinata.

Daptar Nama Bupati Brebes dari Tahun 1678 – 2001

Sebelum menjadi daerah Kabupaten,wilayah Brebes merupakan bagian dari Kabupaten Tegal. Pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat II Mataram yang pada waktu itu bertahta di Kota Tegal. Dengan persetujuan Pemerintahan Belanda bagian barat wilayah Tegal dinyatakan sebagai daerah Kabupaten Brebes (Regentschap).

Sebelum menjadi Kota Kabupaten sudah tentu banyak mempunyai tokoh tokoh pejabat pemerintahan. Arya Martoloyo konon kabarnya yang diserahi pertama kali intuk memegang kendali menjadi Bupati Brebes pertama. Arya Martoloyo adalah tokoh Kabupaten Tegal /disebut juga De Gouverneur Van Brebes atau sebagai Landvoogd tapi dari catatan sejarah belum ditemukan kalau beliau adalah Bupati Brebes. Setelah Arya Martoloyo gugur pada tanggal 17 Januari 1678 maka keesokan harinya wilayah Brebes dipercayakan kepada adiknya yaitu Aryo Suryoloyo. Barulah ditemukan dokumen yang menyebutkan bahwa Tumenggung Arya Suryoloyo adalah ”Regent”(Bupati). Jadi wilayah Brebes pasa saat itu dan seterusnya disebut ”Regentschap”.

Dari sinilah tolak pangkal penyusunan daftar nama Bupati Brebes. Tampuk kekuasaan beberapa orang Bupati tidak jelas karena tidak adanya dokumen resmi yang ditemukan yang mungkin disebabkan karena kekacauan suasana,baik dari pihak Mataram maupun dari pihak pemerintahan Belanda.

Adapun urutan nama Bupati Brebes itu sebagai berikut :
1. Tumenggung Arya Suryoloyo 1678 – 1683
2. Tumenggung Pusponegoro I 1683 -
3. Tumenggung Puspaningrat / Pusponegoro II ....... - ......
4. Kemungkinan adanya Pusponegoro III ....... - ........
5. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I (Dalem Sura) 1809 – 1836
6. R.Adipati Arya Singasari Panatagama II (Dalem Klampok) 1836 – 1850
7. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda III (Dalem Karanganyar) 1850 – 1878
8. R.Tumenggung Cakraatmaja/Cakradiningrat 1876 – 1880
9. Raden Mas Adipati Arya Candra Negara I 1880 – 1885
10.R.M. Tumenggung Sumitra/R.M.Adipati Arya Candra Negara II 1885 – 1907
11.R.M.Martana 1907 - 1920
12.R.M.Tumenggung Arya Purnama Hadiningrat 1920 – 1929
13.R.Sajirun ( hanya kurang lebih 8 bulan) 1929 - .......
14.R.Adipati Arya Sutirta Pringgahaditirta 1931 – 1942
15.R.Sunarya 1942 – 1945
16.Sarimin Reksadiharya 1945 – 1946
17.K.H.Syatori 1946 – 1947
18.R.Awal 1947 – 1948
Pada masa pemerintahan Rekomba/Belanda di desa Ciputih Bantarsari Salem ada
Pemerintahan Kabupaten Brebes dalam pengungsian.
19.Agus Miftah 1947 – 1948
Kemudian pemerintahan Kabupaten Brebes mengungsi ke Wanasaba sampai pada
Pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda.
20.R.Suwarna 1948 – 1950
Menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan Brebes dari R.Awal
21.Mas Slamet 1950 – 1956
22.R.Maryaban 1956 – 1966
23.R.Sartono Gondo Soewandito SH 1966 – 1979
24.H.Syafrul Supardi 1979 – 1988
25.Hardono 1988 – 1994
26.H.Syamsudin Sugiman 1994 – 1999
27.H.Tajidin Nurali 1999 – 2001
28.Indra Kusuma 2001 -

Jaman Hindu 
Seperti halnya daerah daerah lain di kawasan pantai utara Jawa tengah, kita hanya mempunyai sedikit sekali pengetahuan mengenai Kabupaten Brebes pada jaman hindu. Dari kurun waktu itu kita mempunyai kita baru mempunyai barang barang kuno yang berada dan ditemukan orang di berbagai tempat.berupa arca,cincin emas di desa Cibunar Bantarkawung ,alat alat keagamaan, alat alat keperluan rumah tangga dll.

Yang menarik berasal dari Dukuh Gunung Sagara kecamatan Salem Kawedanan Bantarkawung. Pada bulan Nopember 1882 Bupati Brebes R.Arya Tjandra Negara telah bersusah payah mengunjungi Dukuh yang sangat terpencil itu . Hasil kunjungannya di uraikan dalam sebuah artikel / majalah ilmiah Tijdschrift Voor Indische Taal,Land-En Volhenkunde jilid ke XXIX tahun 1884 pada waktu itu distrik Salem terbagi dalam tiga daerah Onderan (Onderdistrik) atau Kecamatan masing masing bernama Bantarkawung,Salem dan Sindangheula.

Didekat Gunung Sagara itu terdapat tiga buah Arca Hindu.Semuanya disembah dan di hormati oleh penduduk sekitar. Dalam Gubuk kecil di Gunung Sagara tersimpan arca arca dan barang barang kuno lainnya yang ingin dilihat oleh Bupati Brebes waktu itu. Bangunan inilah yang di sebut ”Gedong Jimat”. Bupati kemudian menyuruh juru kunci untuk membuka rumah tersebut. Mereka kemudian duduk bersila sambil membakar kemenyan dan juru kunci mengucapkan Ngara ( do’a) sebagai berikut : ”Pun arek ngaturkeun aci kukus mayang putih,terus ka cai dewata,kaluhur kamanggung ka sang rumuhun,ka handap ka batara jaya ing ka nigrakan,cai kukus kukus mayang putih,ka basukana ka basukina pang haturkeun aci mayang putih ka batara windu buana.” Juru kunci itu menambah kemenyannya lagi dan kembali melanjutkan mengucapkan do’a : ”pun sadupun arek ngimankeun titiwaluri kanu baheula,titiwaluri ti bahari,taratas tilasmu baheula,cuwang mumunjung anak putu rakalik,ka indung ka bapa, ka nini ka aki ka buyut ka bao ,ka bumi kalangit,ka beurang ka peuting,kabasukana kabasukina,kanu antek kaluhuran kanu antek kararahaban,kanusuci panusata anu kadi serngenge katingaleun kanu kadi bentang kapumaman kanu kadu bulan ka opat welasna,kanikadi salaka jinibar,kanu kadi emas winasuhan, kanukadi inten winantaya, kanu kadi hujan mencrang kapoyanan ,kanu kadi bentang johar,ditia ing ruangan anu dadi hyang luhur pamukunan,anak bapa hyang kawula sakabeh sadapun pun cuang jampurnakawa sadapun jin”. Setelah itu Bupati Brebespun dipersilahkan memasuki ruangan yang didalamnya terdapat arca arca. Menurut juru kunci yang ditengah adalah Arca Batara Windu Buana,yang ada disebelah kiri Griyang buntutan sedangkan yang ada disebelah kanan adalah Matahari,bulan,dua bintang dan dua ekor naga. Barang yang lain terdiri dari :
- Sebuah Parang dengan bagian dalam tajam
- Sebuah Kudi carangcang
- Sebuah Kentongan
- Sebuah dandang kecil terbuat dari tembaga

===============================================

(Bestsellers in Instant Video)(Bestsellers in Featured Categories)(Bestsellers in Automotive)(Bestsellers in Baby Products)(Bestsellers in Beauty)(Bestsellers in Subjects)(Bestsellers in Camera & Photo Features)(Bestsellers Cell Phones & Wireless Store)(Bestsellers Classical Music)(Bestsellers Computers)(Bestsellers DVD in Movies & TV)(Bestsellers Electronics)(Bestsellers Gourmet Food)(Bestsellers in Grocery & Gourmet Food)(Bestsellers in Home, Garden & Pets)(Bestsellers in Health & Personal Care)(Bestsellers in Industrial & Scientific)(Bestsellers in Jewelry)(Bestsellers in Kindle Store)(Bestsellers in Kitchen & Housewares)(Bestsellers in Magazines & Newspapers)(Bestsellers MP3 Downloads in Featured Categories)(Bestsellers Music in Styles)(Bestsellers Musical Instruments in Featured Categories)(Bestsellers Office Products in Office Products)(Bestsellers in Shoes)(Bestsellers in Software)(Bestsellers in Sports & Outdoors)(Bestsellers in Tools & Hardware Home Improvement)(Bestsellers in Toys & Games)(Bestsellers in VHS)(Bestsellers in Video Games)(Bestsellers in Watches)(Bestsellers in Wireless Accessories)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)