Sirrul Asror //“Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar”atau“rahasia dalam rahasia-rahasia yang Kebenarannya sangat diperlukan”


26: PENGIKUT-PENGIKUT JALAN KEROHANIAN
Orang-orang yang mengikuti jalan kerohanian terbahagi dua golongan. Golongan pertama ialah golonganan Sunni; mereka yang mengikuti peraturan Quran dan amalan serta peraturan yang berasal dari prilaku dan perbuatan Rasulullah s.a.w. Mereka mengikuti peraturan ini dalam perkataan, perbuatan, pemikiran dan perasaan, dan mereka mengikuti maksud batin agama – yaitu mereka mengerti bukan ikut secara taklid/buta. Mereka beramal dan hidup menurut peraturan agama, merasakannya dan menikmatinya, bukan semata-mata menanggung sesuatu yang dipaksakan pada mereka. Inilah jalan kerohanian yang mereka ikuti. Inilah persaudaraan hamba-hamba Allah yang berkasih sayang. Sebagian dari mereka dijanjikan syurga tanpa hisab, yang lain akan menderita sedikit azab pada hari kiamat dan kemudian masuk syurga. Namun ada juga sebagian yang memasuki neraka beberapa saat untuk menyucikannya dari dosa sebelum masuk syurga. Tiada yang akan kekal didalam neraka. Yang akan kekal didalam neraka ialah orang kafir dan munafik.
Golongan kedua terdiri dari kumpulan-kumpulan yang bida’ah. Nabi s.a.w telah memberi peringatan, “ Kamu, seperti Bani Israil sebelum kamu, seperti umat Isa anak Maryam, akan dibahagikan dan dipisahkan diantara satu sama lain. Sebagaimana mereka(Umat Isa) mereka-reka dan mengubah-ubah, kamu juga akan mengadakan bida’ah. Dengan masa berlalu dalam bida’ah, tentangan dan dosa, kamu akan jadi seperti mereka dan berbuat yang sama. Jika mereka masuk kedalam lubang ular yang berbisa kamu juga akan mengikuti mereka. Kamu patut tahu Bani Israil terpecah kepada tujuh puluh satu kumpulan. Kesemuanya dalam kesesatan kecuali satu. Dan orang Nasrani berpecah kepada tujuh puluh dua kumpulan, dan semuanya sesat kecuali satu. Aku bimbang umatku akan dipecahkan kepada tujuh puluh tiga kumpulan. Ini terjadi karena mereka mengubah yang benar kepada yang salah dan yang haram kepada yang halal menurut pertimbangan mereka sendiri, untuk muslihat dan keuntungan mereka, kecuali satu, semua kumpulan itu akan keneraka, dan kumpulan yang satu itu akan selamat.” Bila ditanya siapakah yang satu diselamatkan itu baginda bersabda, “Mereka yang mengikuti kepercayaan dan perbuatanku serta para sahabatku”.
Di bawah ini dinyatakan sebagian daripada jalan bida’ah yang dipegang dan diikuti oleh orang-orang yang mengakui diri mereka orang kerohanian:
Hululiyya – percaya kepada penjelmaan dalam bentuk makhluk atau manusia, meyakini halal melihat tubuh dan wajah yang cantik, tidak adanya perbedaan antara perempuan atau lelaki, siapa saja sama isteri-isteri atau suami-suami, anak-anak perempuan atau saudara-saudara perempuan orang lain. Mereka juga bercampur dan menari bersama-sama. Ini jelas bertentangan dengan peraturan Islam dan menjaga kesucian dan kehormatan didalam peraturan tersebut.
Haliyya – mencari kerasukan dalam melakukan zauk dengan cara menari, menyanyi, menjerit dan bertepuk tangan. Mereka meyakini syeikh mereka berada dalam keadaan yang menguasai batasan hukum agama. Jelas sekali mereka terpasung jauh daripada perjalanan Nabi s.a.w yang dalam tindak tanduknya mematuhi hukum agama.
Awliya’iyya – meyakini mereka berada dalam kedekatan dengan Allah dan mengatakan bila hamba dekat dengan Tuhan semua kewajiban agama terangkat/dibebaskan dari mereka. Seterusnya mereka meyakini seorang wali, orang yang sangat dekat dengan Allah, menjadi sahabat akrab-Nya, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari nabi. Mereka mengatakan ilmu yang sampai kepada Rasulullah s.a.w melalui Jibril sementara wali menerima ilmu secara langsung dari Tuhan. Pandangan salah tentang keadaan mereka dan apa yang mereka sifatkan kepada diri mereka adalah dosa mereka yang paling besar yang membawa mereka kepada bida’ah dan kekufuran.
Syamuraniyya – percaya dunia ini kekal abadi, dan barangsiapa yang mengucapkan perkataan abadi akan terlepas daripada tuntutan agama, dan mereka tidak mempunyai hukum halal dan haram. Mereka menggunakan alat musik dalam upacara ibadat mereka. Mereka tidak memisahkan lelaki dengan perempuan. Mereka tidak membedakan laki laki dan perempuan. Mereka adalah kumpulan kafir yang tidak bisa dibetulkan lagi.
Hubiyya – mengatakan bila manusia sampai keperingkat cinta mereka bebas daripada semua kewajiban agama. Mereka tidak menutupi kemaluan mereka.
Huriyya – seperti Haliyya, enggan menjerit, menyanyi, menari dan bertepuk tangan, mereka menjadi kerasukan dan didalam suasana kerasukan itu mereka meyakini mengadakan hubungan badan dengan bidadari; bila selesai dari kerasukan mereka mandi junub. Mereka dimusnahkan oleh kebohongan mereka sendiri.
Ibahiyya – enggan mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. Mereka menghukumkan haram sebagai halal. Mereka memahatkan pendapat ini kepada kaum perempuan. Bagi mereka semua perempuan halal bagi semua lelaki.
Mutakasiliyya – menjadikan prinsip kemalasan dan meminta sedekah dari rumah kerumah sebagai cara mendapatkan keperluan harian mereka. Mereka meyakini telah meninggalkan segala hal ihwal dunia. Mereka gagal dan terus gagal didalam kemalasan mereka.
Mutajahiliyya – berpura-pura jahil dan dengan sengaja berpakaian tidak sopan, mencoba menunjukkan dan berkelakuan seperti orang kafir, sedangkan Allah berfirman, “Jangan cenderung kepada yang berbuat dosa”. (Surah Hud, ayat 113). Nabi s.a.w bersabda, “Barangsiapa yang mencoba berlagak seperti satu kaum dia dianggap sebagai salah seorang dari mereka”.
Wafiqiyya – meyakini hanya Allah yang boleh kenal Allah. Jadi, mereka membuang jalan kebenaran. Kejahilan yang disengajakan membawa mereka kepada kemusnahan.
Ilhamiyya – berpegang dan mengharapkan kepada ilham, meninggalkan ilmu pengetahuan, melarang belajar, dan berkata Qur’an adalah hijab bagi mereka, dan fikiran puisi adalah Qur’an mereka. Mereka meninggalkan Qur’an dan sembahyang, sebaliknya mengajarkan anak-anak mereka puisi.
Pemimpin-pemimpin dan guru-guru dari kumpulan Sunni mengatakan para sahabat, dengan berkat kehadiran Rasulullah s.a.w ditengah-tengah mereka, berada dalam suasana zauk dan semangat kerohanian yang sangat tinggi. Pada zaman selanjutnya peringkat kerohanian yang demikian tidak ada lagi dan ia menjadi semakin hilang. Yang masih tinggal diturunkan kepada pewaris-pewaris kerohanian pada jalan kebenaran Ilahi, yang kemudian terbagi menjadi banyak cabang-cabang. Ia terpecah menjadi banyak kumpulan sehingga kebijaksanaan dan kekuatannya menjadi sangat berkurang dan terseok. Yang tinggal hanyalah rupa yang dibaluti oleh pakaian guru kerohanian tanpa makna, kekuatan dan tenaga di bawah pakaian tersebut. Dan dalam suasana kosong itu ia akan terpecah dan berganda lagi, bertukar menjadi bida’ah. Sebagian menjadi Qalandari – peminta sedekah yang mengembara. Yang lain menjadi Haydari dan berpura-pura menjadi wira. Yang lain pula menamakan diri mereka Adhami  dan berpura-pura mengikuti wali Allah Ibrahim Adham yang meninggalkan takhta kerajaan dunia ini. Serta masih banyak lagi yang lainnya.
Dalam zaman sekarang mereka yang mengikuti jalan kebenaran sesuai dengan hukum agama menjadi semakin berkurang. Pengikut-pengikut yang benar pada jalan ini dapat dikenali melalui dua kenyataan. Pertama, kenyataan zahir, yang menunjukkan keadaan kehidupan harian mereka yang dibentengi oleh hukum dan amalan agama. Kedua kenyataan dari dalam, contoh teladan yang si pencari ikuti hanya mencontoh dan menurut yang dia dibimbingkan. Sesungguhnya tiada yang lain untuk diikuti melainkan Nabi Muhamamd s.a.w, yang menjadi teladan, yang pada masa dahulu baginda sendiri berada dalam suasana mencari dan kebenaranlah yang baginda cari. Tanpa ragu-ragu roh suci baginda saja yang menjadi perantaraan. Itulah undang-undang yang mesti dipatuhi oleh orang yang beriman bagi penerus kehidupan agama dalam kehidupan. Cara lain, wali yang memiliki pusaka kerohanian Nabi s.a.w dapat memberkati si pencari dengan kewujudannya. Sesungguhnya syaitan tidak dapat mengambil rupa Nabi s.a.w.
Waspadalah wahai pengembara pada jalan kerohanian, orang buta tidak boleh memimpin orang buta. Perhatian kamu mesti bersungguh-sungguh agar kamu dapat membedakan kebaikan yang paling kecil daripada kejahatan yang paling kecil.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)