Sirrul Asror //“Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar”atau“rahasia dalam rahasia-rahasia yang Kebenarannya sangat diperlukan”

16.PENYUCIAN DIRI.
Dua jenis penyucian: Pertama zahir, ditentukan oleh peraturan agama dan dilakukan dengan membasuh tubuh badan dengan air yang bersih. Keduanya ialah penyucian batin, diperoleh dengan menyadari kekotoran didalam diri, menyadari dosanya dan bertaubat dengan ikhlas. Penyucian batin memerlukan perjalanan kerohanian dan dibimbing oleh guru kerohanian.
Menurut hukum dan peraturan agama, seseorang menjadi tidak suci dan wudhu menjadi batal jika keluar sesuatu dari rongga badan. Ini perlu diperbaharui dengan wuduk. Dalam hal keluar mani dan darah haid mandi wajib diperlukan. Dalam hal lain, bagian tubuh yang terkena kotoran - tangan, lengan, muka dan kaki - mesti dibasuh. Mengenai pembaruan wudlu Nabi s.a.w bersabda, "Pada setiap pembaruan wudlu Allah perbarui kepercayaan hamba-Nya dengan cahaya iman dikilapkan dan memancar dengan lebih terang". Dan, "Mengulangi bersuci dengan wuduk adalah cahaya diatas cahaya".
Kesucian batin juga dapat hilang, mungkin lebih kerap daripada kesucian zahir, dengan sifat buruk, buruk perangai, perbuatan dan sifat yang merusak seperti sombong, takabur, menipu, mengumpat, fitnah, dengki dan marah. Perbuatan secara sadar dan tidak sadar memberi kesan kepada roh: mulut yang memakan makanan haram, bibir yang berdusta, telinga yang mendengar umpatan dan fitnah, tangan yang memukul, kaki yang membawa kepada kejahatan. Zina, yang juga suatu dosa, bukan saja dilakukan diatas katil. Nabi s.a.w bersabda, "Mata juga berzina".
Bila kesucian batin ditanamkan demikian dan wudlu kerohanian batal, memperbarui wuduk demikian adalah dengan taubat yang ikhlas, yang dilakukan dengan menyadari kesalahan sendiri, dengan penyesalan yang mendalam disertai oleh tangisan (yang menjadi air yang membasuh kotoran jiwa), dengan berikrar tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, berhasrat meninggalkan semua kesalahan, dengan memohon ampunan Allah, dan dengan berdoa agar Dia mencegahnya daripada melakukan dosa lagi.
Sembahyang adalah menghadap Tuhan. Berwudlu, berada didalam keadaan suci, menjadi syarat untuk bersembahyang. Orang arif tahu penyucian zahir saja tidak memadai, karena Allah melihat jauh kedalam lubuk hati, yang perlu diberi wudlu dengan cara bertaubat. Firman Allah:
"Inilah apa yang dijanjikan untuk kamu, untuk tiap-tiap orang yang bertaubat, yang menjaga (batas-batas)". (Surah Qaaf, ayat 32).
Penyucian tubuh dan wuduk zahir terikat dengan masa karena tidur membatalkan wudlu. Penyucian ini terikat dengan siang dan malam bagi kehidupan didalam dunia. Penyucian alam batin, wudlu bagi diri yang tidak kelihatan, tidak ditentukan oleh masa. Ia untuk seluruh kehidupan - bukan saja kehidupan sementara didunia tetapi juga kehidupan abadi diakhirat.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)