Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)

BERSAMA MEMURNIKAN AKIDAH DAN AKHLAK MUSLIM

 SYARAH AL-HIKAM Bagian Pertama,Kedua,Ketiga

Mohon Maaf Jika Terjemahan Dibawah Ini Ada yang Salah Maka Mohon Sekiranya Pembaca Dapat Meluruskannya Untuk Itu Saya Ucapkan Terimakasih Dan Semoga Bermanfaat


25: SIKAP ORANG BODOH
TIDAK MENINGGALKAN SEDIKIT PUN DARI KEBODOHAN BAGI SIAPAPUN YANG BERKEHENDAK MENGADAKAN PADA SESUATU MASA SESUATU YANG LAIN DARIPADA APA YANG DIJADIKAN ALLAH S.W.T PADA MASA ITU.
Dalam perjalanan menuju Allah s.w.t  ada sebagian orang yang tertinggal di belakang walaupun mereka sudah melakukan amal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang lain yang lebih maju. Satu halangan yang menyekat golongan yang tertinggal itu adalah kebodohannya yang tidak mau tunduk kepada ketentuan Allah s.w.t. Dia masih dipermainkan oleh nafsu dan akal yang menghijab hatinya daripada melihat Allah s.w.t pada apa yang dilihat. Pandangannya hanya tertuju kepada alam benda dan perkara zahir sahaja. Dia melihat kepada keberkesanan hukum sebab-musabab dan meletakkan pergantungan kepada amalnya. Dia yakin yang dia kerjakan mendapatkan apa yang dia ingini.
Keadaan orang yang disebutkan di atas telah disentuh pada Hikmat ke satu. Ketika rohani orang lain telah maju di dalam menuju Allah s.w.t dia masih juga berputar putar di dalam kesamaran dan keraguan. Nafsunya tetap melahirkan keinginan-keinginan. Keinginan diri sendiri menjadi rantai yang mengikat kaki daripada berjalan menuju Allah s.w.t. Bagaimana bisa seseorang mendekati Allah s.w.t  jika dia enggan menjadikan Allah s.w.t sebagai Pengurus semua aspek kehidupannya. Walau para hamba rela ataupun mengingkari, Allah s.w.t  tetap melaksanakan ketentuan-Nya. Allah s.w.t melaksanakan kehendak-Nya pada setiap masa dan tidak ada siapapun yang dapat menghalangi-Nya.
Tiap-tiap masa Ia (Allah) di dalam urusan (mencipta dan mentadbirkan akhluk-makhluk-Nya).
( Ayat 29 : Surah ar-Rahman )
Allah s.w.t sahja yang mencipta, meletakkan hukum dan peraturan, membagikan rizki dan lain-lain. Dia menentukan urusan dengan bijaksana dan adil, termasuk urusan mengenai diri kita dan apa yang terjadi pada kita. Kita memandang diri kita dan kejadian yang menimpa kita dalam sekala yang kecil. Allah s.w.t  melihat kepada seluruh alam dan semua kejadian, tanpa keliru pandangan-Nya kepada diri kita dan kejadian yang menimpa kita, juga tidak beralih pandangan-Nya dari makhluk-Nya yang lain.
Urusan pentadbiran-Nya adalah menyeluruh dan sempurna. Orang yang tidak berbekas pada hatinya akan kesempurnaan Allah s.w.t itu adalah orang dungu. Dia masih juga merungut tentang perjalanan hukum takdir Ilahi, seolah-olah Tuhan harus tunduk kepada hukum makhluk-Nya. Bagi murid yang cenderung mengikuti latihan kerohanian perlulah berusaha untuk melenyapkan kehendak diri sendiri dan hidup dalam lakuan Allah s.w.t. Jangan sekali-kali tawar menawar dengan takdir karena Penentu Takdir tidak pernah berbincang dengan siapapun dalam menentukan arus ketentuan-Nya.
Jika kita mau mengenali Allah s.w.t kita tidak dapat melihat-Nya pada satu aspek sahja. Jika kita melihat Allah al-Ghafur (Maha Pengampun), kita juga harus melihat Allah al-‘Aziz (Maha Keras). Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah al-Mumit (Yang mematikan). Jika kita dapat melihat semua Sifat-sifat Allah s.w.t dalam satu kesatuan barulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benarnya. Bila Allah s.w.t dikenali dalam semua aspek, hikmat kebijaksanaan-Nya dalam menentukan suatu perkara pada suatu masa tidak terlindungi lagi dari pandangan mata hati.
Hati yang tidak mau tunduk kepada Maha Pengatur tidak akan menemui kedamaian. Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah karena nafsunya tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu perkara pada satu masa sedangkan Maha Pengatur inginkan perkara lain. Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika mau hati menjadi tenteram usahakan agar hati sentiasa ingat kepada Allah s.w.t.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah! Dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia. (Ayat 28 : Surah ar-Ra’d)
Berimanlah kepada Allah s.w.t dan beriman juga kepada takdir. Lepaskan waham sebab musabab yang menjadi pagar nafsu menutup hati.
Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. ( Ayat 11 : Surah at-Taghaabun )
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)