Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)

BERSAMA MEMURNIKAN AKIDAH DAN AKHLAK MUSLIM

 SYARAH AL-HIKAM Bagian Pertama,Kedua,Ketiga


Mohon Maaf Jika Terjemahan Dibawah Ini Ada yang Salah Maka Mohon Sekiranya Pembaca Dapat Meluruskannya Untuk Itu Saya Ucapkan Terimakasih Dan Semoga Bermanfaat



27: BERPEGANG KEPADA MAKOM
JANGAN MEMINTA KEPADA ALLAH S.W.T SUPAYA DIPINDAHKAN DARI SATU HAL KEPADA HAL YANG LAIN, SEBAB JIKA ALLAH S.W.T MENGKEHENDAKI DIPINDAHKAN KAMU TANPA MERUBAH KEADAAN KAMU YANG LAMA.
Hal adalah pengalaman hati tentang hakikat. Hal tidak akan didapat melalui amal dan juga ilmu. Tidak dapat dikatakan bahawa amalan menurut tarekat tasauf  menjamin seseorang murid memperoleh Hal. Latihan secara tarekat tasauf  hanya menyucikan hati agar hati itu menjadi tempat yang sesuai untuk menerima kedatangan hal-hal (ihwal). Hal hanya diperoleh kerana anugerah Allah s.w.t. Mungkin timbul pertanyaan mengapa ditekankan soal amal seperti yang dinyatakan dalam  Hikmat yang lalu sedangkan amal itu sendiri tidak menyampaikan kepada Tuhan?
Perlu difahami bahawa seseorang hamba tidak mungkin berjumpa dengan Tuhan jika Tuhan tidak mau bertemu dengannya. Tetapi, jika Tuhan mau menemui seseorang hamba maka dia akan dipersiapkan agar layak berhadapan dengan Tuhan pada pertemuan yang sangat suci dan mulia. Jika seorang hamba didatangi kecenderungan untuk menyucikan dirinya, itu adalah tanda bahawa dia diberi kesempatan untuk dipersiapkan agar layak dibawa berjumpa dengan Tuhan. Hamba yang bijaksana adalah yang tidak melepaskan kesempatan tersebut, tidak menunda-nunda kepada waktu yang lain. Dia tahu bahwa dia menerima undangan dari Tuhan Yang Maha Mulia, lalu dia menyerahkan dirinya untuk dipersiapkan sehingga kepada tahap dia layak menghadap Tuhan sekalian alam. Makom di mana hamba dipersiapkan ini dinamakan aslim atau menyerah diri sepenuhnya kepada Tuhan. Tuhan yang tahu bagaimana mau mempersiapkan hamba yang Dia mau temui. Tujuan amalan tarekat tasauf  ialah mempersiapkan para hamba agar berkeadaan bersiap sedia dan layak untuk dibawa berjumpa dengan Tuhan (memperoleh makrifat Allah s.w.t). Walaupun hal merupakan anugerah Allah s.w.t semata-mata, tetapi hal hanya mendatangi hati para hamba yang bersedia menerimanya.
Murid atau salik yang memperoleh hal akan meningkatkan ibadatnya sehingga suasana yang dicetuskan oleh hal itu sebanding dengannya dan membentuk kepribadian yang sesuai dengan cetusan hal tersebut. Hal yang menetap itu dinamakan makom. Hal yang diperoleh dengan anugerah bila diusahakan akan menjadi makam. Misalnya, Allah s.w.t mengizinkan seorang salik mendapat hal di mana dia merasakan bahwa dia sentiasa berhadapan dengan Allah s.w.t, Allah s.w.t melihatnya zahir dan batin, mendengar ucapan lidahnya dan bisikan hatinya. Salik memperteguhkan daya rasa tersebut dengan cara memperkuatkan amal ibadat yang sedang dilakukannya sewaktu hal tersebut datang kepadanya, sama seperti padawaktu sembahyang, puasa atau zikir, sehingga daya rasa tadi menjadi sebati dengannya. Dengan demikian dia mencapai makom ihsan.
Satu sifat semula-jadi manusia adalah tergesa-gesa, bukan saja dalam perkara duniawi malah dalam perkara ukhrawi juga. Salik yang rohaninya belum mantap masih dibaluti oleh sifat-sifat kemanusiaan. Apabila dia mengalami satu hal dia akan merasakan nikmatnya. Rindulah dia untuk menikmati hal yang lain pula. Lalu dia memohon kepada Allah s.w.t supaya ditukarkan halnya. Sekiranya hal yang datang tidak dikuatkan ia tidak akan menjadi makom. Bila hal berlalu ia menjadi kenangan, tidak menjadi kepribadian. Meminta perubahan kepada hal yang lain adalah tanda kekeliruan dan dapat memperlambat perkembangan kerohanian.
Kekuatan yang paling utama adalah berserah kepada Allah s.w.t, ridha dengan segala keputusan-Nya. Biarkan Allah Yang Maha Mengerti menguruskan kehidupan kita. Sebaik-baik perbuatan adalah menjaga makom yang kita sedang berada di dalamnya. Jangan meminta makom yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semakin dekat dengan Allah s.w.t semakin dekat dengan bahaya yang besar, yaitu dicampak keluar dari majlis-Nya siapapun yang tidak tahu menjaga kesopanan bermajlis dengan Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Oleh yang itu, tunduklah kepada kemuliaan-Nya dan berserahlah kepada kebijaksanaan-Nya, niscaya Dia akan menguruskan keselamatan dan kesejahteraan para hamba-Nya.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)