KODE ETIK MAKSIAT

“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53)

KODE ETIK MAKSIAT………….. :

Katakan 7 kali : Sssssssssssst……………….. Ini Rahasia, jangan bilang siapa-siapa ya……………..

Jadi, kalau memang belum bisa menghindari maksiat. Yo, ndak usah dibanggakan kemaksiatannya, apalagi dionar-onarkan di fesbuk…… Biar di akui sebagai sudah dewasa dan sudah bisa diterima oleh kalangan tertentu…….diakui sebagai orang yang bebas dan merdeka, diakui sebagai manusia pancasila….yang nasionalis………

Weeeeeladalah……..ini namanya nasionalis yg salah kaprah, lha wong Nasionalis kok identik dengan maksiat…….ndak jelas itu… NGONO YO NGONO NING OJO NGONO… Begitu ya begitu, tapi janganlah begitu……….

Ternyata sifat ujub/sombong itu dilarang bukan hanya untuk kebaikan saja. Tapi berlaku juga untuk hal kemaksiatan…….. Tapi bukan berarti di perbolehkan untuk bermaksiat ria lho……

Maksiat dengan disertai kesombongan atau menyombongkan dan membanggakan maksiat, itu sama dengan melipatgandakan nila negatif dari level kemaksiatannya tersebut alias Maksiat Kuadrat. Karena sifat sombong itu sendiri merupakan sifat yang sangat tidak di sukai oleh Allah swt.

Allah Swt berfirman: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)

Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).

Di dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda: Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan (HR. Muslim).

“Semua umatku akan diampuni kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya), lalu ketika pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”, padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya” [HR Al-Bukhari, no. 6069, Muslim no. 2990, ]

Ini memang suatu kecenderungan aneh sebahagian manusia di dunia ini. Kecenderungan aneh ini tidak dimiliki, kecuali oleh manusia-manusia dari golongan yang dibenci Allah. Yaitu, menceritakan dengan penuh rasa bangga segala keberhasilannya dalam melakukan kemaksiatan di waktu-waktu tertentu.

Beragam bentuk kebanggaan yang diumbar. Misalnya, membeberkan kepiawaian dan kepuasan hatinya karena berhasil merampok harta orang lain dalam jumlah besar suatu ketika. Ada juga yang bangga bercerita kepada temannya bahwa ia telah berzina dengan seseorang atau banyak orang di masa mudanya. Ada juga yang bangga dengan permainan judinya yang menang berkali-kali. Juga senang melukiskan tentang keberhasilannya menjegal jalan keberhasilan orang lain hingga kehidupannya berantakan. Ada juga yang bangga dengan kekuatannya yang tangkas dalam memukul orang lain.

Padahal kebanggaan seperti itu amat dahsyat dampak buruknya, terutama bagi dirinya sendiri. Menurut Rasulullah SAW —sebagaimana dalam hadits di atas— orang yang demikian tidak akan diampuni dosanya oleh Allah (HR. Bukhari). Lebih-lebih kebanggaan yang demikian bisa menggugah hasrat orang lain untuk melakukan hal yang sama alias mencari teman dalam maksiat dan mengajak untuk berbuat dosa secara berjamaah.

Rasulullah memperingatkan : “Barang siapa yan menyeru orang lain dalam kesesatan (tradisi buruk), maka dia akan menanggung dosa sebagaimana dosa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa orang yang mengikutinya” (HR : Muslim)

Allah berfirman : “(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnanya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak megetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amal buruklah dosa yang mereka pikul itu.” (An-Nahl. QS : 16 : 25)

Yang tak kalah parahnya adalah mengundang dendam kesumat yang bertambah-tambah dari orang-orang yang pernah menjadi korbannya. Jadinya singkatnya, kebanggaan demikian adalah bangga dengan dosanya yang tak diampuni.

Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Sesungguhnya diantara manusai ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan diantara manusia ada pula yang menjadi kunci-kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan di tangannya dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan di tangannya”.[Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (237) dan dihasankan oleh Al-Albany di Shohih Sunan Ibnu Majah (194)]

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Amiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)