RAHMAT ALLAH

Rahmat Allah
“ Bísmíllaahírrahmaanírrahím ”


" Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman, beramal-saleh, saling menasehati dalam
kebenaran dan saling menasehati dengan kesabaran." (QS. 103:1~3)

***

"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku." (Hadist)

***

Ilmu yang bermanfaat ialah salah satu amal yang berkekalan
bagi orang yang mengajarnya meskipun dia sudah mati.
***

Ya Allah kalau engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga ………
Tetapi kalau aku kau masukkan ke dalam neraka, aku tidak akan tahan,
aku tidak akan kuat ya Allah, maka terimalah saja taubatku ini……



Salah satu sifat yang dimiliki Allah S.W.T dari 99 nama-Nya adalah Ar Rahman yang mengandung makna kelemahlembutan, kasih sayang dan kehalusan. Kalau kita sebut mendapat rahmat Allah, itu berarti seseorang memperoleh kasih sayang dari Allah S.W.T. Dengan kata lain, rahmat Allah adalah karunia Allah berupa kenikmatan, rizki, kebahagiaan dan ketentraman hidup di dunia maupun di akhirat.

Sebagai manusia apalagi sebagai muslim, kita tentu amat mengharapkan rahmat dari Allah S.W.T sehingga kita selalu berdo’a, baik di dalam shalat maupun di luar shalat untuk bisa memperoleh rahmat Allah. Hal ini karena orang yang mendapat rahmat Allah tentu saja tergolong kedalam kelompok orang yang beruntung sebagaimana firman Allah yang artinya: Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmt-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi (QS 2:64).
Bahkan di dalam ayat lain, keuntungan orang yang mendapat rahmat Allah itu akan dijauhkan dari azab-Nya, Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa yang diajuhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata (QS 6:16).

KIAT MERAIH RAHMAT
Untuk memperoleh rahmat Allah, tentu saja tak cukup hanya sekedar berdo’a. Ada sejumlah usaha yang harus kita lakukan dan sifat yang harus kita miliki, kesemuanya itu berkisar pada kebajikan, ini sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa rahmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya itu amat terkait dengan apakah mereka melaksanakan dan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebajikan atau tidak..

Pertama, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dalam keadaan susah maupun senang, berat maupun ringan, waktu sendiri atau bersama orang lain. Tegasnya, kalau mau memperoleh rahmat Allah kita harus taat kepada Allah dan rasul-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat (3:132).

Kedua, harus tolong menolong dalam kebaikan, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, mendirikan shalat sehingga memberi pengaruh yang besar dalam bentuk menghindari perbuatan keji dan munkar serta menunaikan zakat agar menjadi suci jiwa kita, terjembatani hubungan antara yang kaya dengan yang miskin serta kemiskinan bisa diatasi secara bertahap. Perbuatan yang disebutkan ini bisa menjadi sebab seseorang memperoleh rahmat Allah karena perbuatan semacam itu tergolong kedalam kelompok perbuatan yang bajik dan Allah amat menyenangi segala bentuk kebajikan, karenanya wajar saja kalau rahmat Allah akan diberikan kepada orang yang melakukan hal-hal semacam itu, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (9:71)

Ketiga, Iman yang kokoh sehingga bisa dibuktikan dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak meskipun hambatan, tantangan dan rintangan selalu menghadang, namun dia tetap Istiqomah dalam keimanannya sehingga dengan keimanannya yang mantap itu, kesusahan hidup tidak membuatnya harus berputus asa sedang kesenangan hidup tidak membuatnya menjadi lupa diri, inilah yang kita maksud dengan istiqomah, dan iman serta istiqomah seperti itulah yang kelak akan membuat seorang mu’min memperoleh rahmat dari Allah S.W.T, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (syurga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya (QS4:175).

Disamping itu, iman dan istiqomah harus disertai dengan hijrah, yakni meninggalkan segala bentuk larangan Allah dan berjihad dalam arti bersungguh-sungguh dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Ny, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal (QS 9:20-21, lihat juga QS 2:218).

Keempat, mengikuti Al-Qur’an dan selalu bertaqwa kepada Allah serta menunaikan zakat, hal ini karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia apabila ia ingin memperolah ketaqwaan kepada Allah S.W.T, karenanya untuk meraih rahmat Allah manusia harus bertaqwa kepada-Nya, sedang untuk bisa bertaqwa harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Ini berarti, amat mustahil bagi manusia untuk bisa bertaqwa kepada Allah apabila Al-Qur’an tidak diikutinya. Dalam kaitan ini Allah berfirman yang artinya: Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (QS 6:155).
Pada ayat lain, disamping harus mengikuti Al-Qur’an sebagai aktualisasi dari keimanan kepadanya dan bertaqwa. Untuk memperoleh rahmat Allah, seorang muslim juga harus berzakat dan memantapkan iman kepada ayat-ayat Allah. Zakat merupakan kewajiban kaum muslimin yang memiliki kemampuan dan Allah amat senang kepada orang yang menunaikannya dan selalu memperkokoh keimanan kepada Al-Qur’an yang berisi ayat-ayat Allah menjadi keharusan untuk bisa memahami dan mengikuti petunjuk yang terdapat di dalamnya, Allah berfirman yang artinya: Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami QS 7:156)

Kelima, berbuat baik, yakni perbuatan apa saja yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya serta tidak mengganggu orang lain, bahkan orang lain bisa merasakan manfaat baiknya, sekecil apapun manfaat yang bisa dirasakannya. Allah berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS 7:56).

Keenam, mendengarkan bacaan Al-Qur’an apabila sedang dibacakan, hal ini karena, Al-Qur’an merupakan kalamullah atau perkataan Allah, sebab jangankan Allah, pembicaraan sesama manusia saja harus kita dengarkan atau kita perhatikan, apalagi kalau ucapan Allah yang tentu harus lebih kita perhatikan. Manakala seorang muslim telah mendengarkan Al-Qur’an bila dibacakan, maka Allah senang pada orang tersebut sehingga Allah mau memberi rahmat kepadanya. Allah berfirman yang artinya: Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS 7:204).

Ketujuh, taubat dari segala dosa yang telah dilakukan, hal ini karena secara harfiyah, taubat berarti kembali, yakni kembali kepada Allah. Orang yang berbuat dosa adalah orang yang menjauhi Allah sehingga karena sudah merasa jauh dari Allah dia merasa leluasa untuk melanggar ketentuan yang selama ini ditaatinya. Dengan taubat, manusia berarti mau mendekati Allah lagi dan Allah senang kepada siapa saja yang mau bertaubat, sebanyak apapun dosa yang sudah dilakukannya.

Namun taubat itu bukanlah sekedar mengucapkan istighfar, tapi menyadari terhadap kesalahan yang dilakukan. Menyesali, bertekad untuk tidak mengulanginya dan membuktikan bahwa dia betul-betul telah meninggalkan segala perbuatan salahnya dengan menggantinya kepada segala kebaikan, inilah yang membuat Allah cinta kepadanya sehingga rahmat Allah akan diberikan kepadanya, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Dia (Nabi Shaleh) berkata: Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan?. Hendaklah kamu minta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat (QS 27:46).

Ayat yang menyebutkan kecintaan Allah kepada orang yang bertaubat adalah yang artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri (QS 2:222).

Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, sedang Allah baru menghendaki memberikan rahmat kepada seseorang, manakala orang tersebut telah melakukan atau memiliki sifat-sifat yang membuatnya pantas memperoleh rahmat dari Allah S.W.T.

Persoalan sekarang adalah, apakah kita mau atau tidak dengan rahmat Allah itu, bila mau maka keharusan bagi kita untuk berusahadengan usaha yang telah digariskan oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur’an sebagaimana yang kita bahas dalam tulisan yang singkat ini..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Athoillah)